Mengunjungi Museum
Pemahaman terhadap fisika tidak selamanya harus diperoleh di bangku sekolah. Banyak sarana pendidikan di luar sekolah yang membantu memahi fisika lebih dekat. “Murid kami antusias dengan metode pembelajaran fisika seperti kuis Galileo di sebuah stasiun televisi swasta. Karena banyak manfaat yang dapat dipelajari,” cetus Teguh.
Alternatif lain adalah mengunjungi museum ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Ir. Rathoyo Rasdan, MBA, Asisten Deputi Urusan Pengembangan Promosi Dan Pemasaran Iptek, Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT), museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dapat dijadikan sarana pembudayaan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama bidang fisika. Karena kebanyakan alat peraga disana merupakan penerapan dari displin ilmu fisika. “Lagipula unsur edutainment (education-entertainment) terkandung di dalamnya. Sehingga dapat merangsang minat generasi muda akan fisika,” ungkap Rathoyo.
Fenomena fisika, menurut Rathoyo, harus ditampilkan semenarik mungkin. Sementara metode pembelajarannya harus dilakukan secara interaktif. “Jadi setiap anak dapat terlibat langsung dengan alat peraga yang disediakan. Agar bisa disentuh dan dimainkan oleh mereka,” tambah Rathoyo.
Jenis alat peraga yang dikembangkan di museum Iptek ada tiga bagian. Pertama, dalam bentuk souvenir atau benda-benda yang dapat dijadikan cinderamata. Kedua, outreach yakni benda-benda peraga dalam dimensi kecil dan bersifat portable. Ketiga, stationer atau alat peraga berdimensi besar. Ukurannya 2 x 2 ? meter. Semua alat peraga tersebut dipersiapkan oleh kantor Ristek.
KMNRT mempunyai program sosial budaya guna mendukung pemasyarakatan Iptek, khususnya fisika. Yaitu dengan menyelenggarakan Pusat Peragaan Iptek (Puspa Iptek) di Taman Mini Indonesia Indah. Misi yang diusung adalah belajar dengan cara hiburan. “Pembiayaan program tersebut diambil dari anggaran KMNRT,” ujar Ir. Rukadjat Uno, MSEE, Kepala Bidang Pembudayaan Iptek KMNRT.
Selain Jakarta, program pembangunan museum Iptek juga dilakukan di Padalarang, Solo, dan Malang. Pihak pemerintah daerah (pemda) dan swasta dilibatkan dalam penyediaan gedung. Sementara materi isi dari museum memiliki kesamaan dengan yang ada di Jakarta. “Nantinya akan tersedia 34 alat peraga dan kebanyakan dari penerapan ilmu fisika,” ujar Rukadjat.
Untuk menjangkau generasi muda yang ada di daerah agar menggemari fisika, KMNRT juga menggelar program Iptek keliling. Dengan mengunakan mobile unit, akan dipertontonkan alat peraga outreach. Supaya anak-anak tertarik untuk mencoba dan sekaligus belajar.
Memanfaatkan Tempat Hiburan
Alternatif paling menarik untuk memahami fisika mungkin adalah ide penyelenggaraan Dunia Fantasi Science Festival (Dusef) 2001 di Taman Impian Jaya Ancol mulai Juni-Agustus 2001. Menurut penuturan Faisal Haq, koordinator Media Relation Dusef, acara ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan media pembelajaran alternatif.
“Kami bermaksud memasyarakatkan fisika dan matematika sebagai ilmu pengetahuan yang menarik,” ujar Faisal.
Sejumlah wahana permainan di Dufan dapat menjadi sarana untuk mengungkap konsep dasar fisika dan matematika. Pada saat mengantri di setiap wahana, pengunjung dapat membaca sebuah display yang berisi keterangan mengenai cara kerja wahana permainan tersebut. Disertai pertanyaan seputar pengetahuan fisika dan matematika, dalam bentuk multiple choice.
Informasi-informasi diharapkan merangsang rasa keingintahuan pengunjung sebelum memainkannya. Pemandu yang menjaga setiap wahana juga bersedia menjelaskan seputar pertanyaan mengenai wahana yang akan dimainkan.
Setelah itu, pengunjung akan mendapatkan pengalaman nyata dari permainan tersebut. Wahana permainan Baku Toki (Bumpers Car), misalnya, ternyata memiliki penerapan dari aplikasi hukum Newton.
Secara praktek, dijelaskan mengapa benturan terasa lebih keras jika mobil yang kita kendarai ditabrak oleh mobil yang dikendarai orang berbadan besar. Atau kenapa sewaktu bermain Ontang Anting, badan terasa terlempar. Begitu pula pada saat bermain Kora-kora, kok jantung terasa mau copot. Dan tanpa disadari sudah terjadi pembelajaraan di dalamnya.
Penyelenggaraan Dusef 2001 merupakan upaya kerjasama antara Dufan, BPPT, LPFI, Depdiknas dan Pemda DKI serta kalangan swasta. Menurut Faizal, acara semacam ini baru pertama kali diadakan di Indonesia. Selain diadakan sepuluh jenis lomba, berkaitan dengan bidang fisika dan matematika, diharapkan pengunjung menyadari adanya unsur edutainment dari setiap wahana yang dimainkan. “Sedangkan tujuan akhirnya adalah menjadikan Dufan sebagai laboratorium Fisika dan Matematika raksasa,” ujar Faizal.
Di bidang Fisika, Indonesia tidak tergolong jagoan ‘tempe’. Karena awal Juli 2001, lima siswa Indonesia berhasil meraih dua medali perak dan tiga perunggu dalam Olimpiade Fisika di Turki. Pada tahun 1999, seorang siswa Indonesia bahkan mampu membawa pulang medali emas. Fisika ternyata tidak selamanya menyebalkan. (Sumber :Sinar Harapan.co.id)